Menu
RSS
Top Banner Nasional

September 2022

MENJADI GURU SEJAHTERA DENGAN CARA BERBEDA

Waktu saya melakukan pelatihan guru sekolah SD/MI swasta berbasis Islam di sebuah kota di Jawa tengah, saya meminta kepada pihak panitia untuk menyiapkan tempat menginap di rumah guru yang gajinya kecil. Kebiasaan menginap di rumah guru yang gajinya kecil terkadang saya lakukan, tujuannya adalah supaya saya selalu merasa bersyukur dan tujuan lainnya adalah mencari solusi bagaimana menyejahterakan guru. Sebab kesejahteraan guru selalu menjadi polemik tiap tahun ketika menghadapi Hari Pendidikan Nasional atau di Hari Guru Nasional. Apalagi dengan adanya Rancangan Undang-Undang Sisdiknas, polemik tentang kesejahteraan guru saat ini semakin menghangat.

Guru yang rumahnya dijadikan tempat saya menginap gajinya sebesar Rp600.000 sebulan. Walaupun guru tempat saya menginap belum berumah tangga dan masih tinggal dengan orang tua, tapi faktanya memang gaji sebesar itu  ternyata tidak cukup. Sehingga untuk menambah penghasilannya, guru tersebut mengadakan les tambahan di rumahnya. Bayaran lesnya pun menurut saya termasuk kategori murah yaitu setiap orang dikenakan Rp5.000/pertemuan dan jumlah muridnya tidak begitu banyak.

Ternyata nasib seperti ini banyak dialami oleh teman-temannya sesama guru di sekolah. Saya mengetahui hal ini ketika pelatihan sudah dilaksanakan. Banyak guru yang tak sengaja mencurahkan isi hatinya mengenai kondisi gaji yang diterimanya. Ternyata rata-rata pendapatan para guru ini masih di bawah 1 juta per bulan sementara UMK di kotanya sudah di atas 2 juta. Meski mereka sudah berumah tangga dan bekerja lebih dari 10 tahun, namun rupanya belum juga mendapat tunjangan profesi guru dari pemerintah.

Efek gaji yang kecil menyebabkan banyak guru-guru di sekolah tersebut yang lolos menjadi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) langsung memutuskan untuk pindah tempat mengajar. Kepindahan guru-guru swasta ke sekolah negeri membuat guru-guru yang tersisa, kerjanya semakin berat sementara penghasilan tidak bertambah. Berdasarkan pengalaman saya melatih ke berbagai daerah, fenomena seperti ini banyak terjadi khususnya pada sekolah swasta yang berbasis agama.

Masalah kesejahteraan guru di banyak sekolah swasta tidak pernah kunjung selesai, karena rata-rata para siswa yang belajar di sekolah tersebut berasal dari keluarga biasa saja dan jumlah muridnya pun kadang tidak banyak. Sehingga jika SPP dinaikkan oleh pihak sekolah maka akan menimbulkan protes dari orang tua siswa. Jika tunjangan profesi dari pemerintah tidak kunjung diperoleh maka kondisi penghasilan guru akan terus seperti itu. Hal itu tentunya akan berdampak kurang baik bagi sekolah-sekolah yang gaji gurunya masih kecil. Sebab guru menjadi tidak fokus untuk mendidik murid-muridnya karena konsentrasinya terbagi untuk memikirkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

Jika tidak ada bantuan dari pihak luar, seperti tunjangan profesi dari pemerintah pusat, tunjangan untuk guru dari pemerintah daerah, atau mendapat bantuan uang dari donatur sekolah atau dari wakaf produktif, maka nasib guru tidak akan berubah. Saya sebagai rakyat biasa tidak bisa memberi solusi menyejahterakan guru secara sistematis karena solusi menyejahterakan guru secara sistematis harus melalui undang-undang yang merupakan ranah dari pemerintah. Saya mencoba memberikan saran untuk membuat guru sejahtera hanya untuk masing-masing individu saja berdasarkan dalil-dalil agama yang saya resapi dan dari pengalaman guru-guru sejahtera yang saya temui selama melatih di berbagai daerah serta pengalaman pribadi saya.

Dalil yang saya jadikan sandaran untuk menyejahterakan guru adalah Q.S. Al-Mujadilah: 11,  “…. niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….”. Kita tentunya sepakat orang yang Allah angkat derajatnya, tentu akan berada di posisi terhormat di hadapan manusia. Insyaallah posisi terhormat di hadapan manusia ini akan disertai dengan kesejahteraan hidup dan kesuksesan hidup.

Berdasarkan ayat di atas, posisi guru adalah profesi yang sangat mudah untuk derajatnya terangkat karena profesi guru sangat berkaitan dengan keimanan dan keilmuan. Oleh karena itu, jika guru ingin memiliki derajat tinggi, ingin dihormati atau ingin sejahtera maka guru tersebut harus beriman. Ciri guru beriman bagi yang beragama Islam adalah rajin dan ikhlas menjalankan ibadah seperti salat berjamaah, salat tahajud, salat duha, puasa sunah, membaca Al-Qur’an, berzikir, bersedekah, dan amalan ibadah lainnya.

Selain beriman, guru pun harus berilmu. Sebagai ciri orang berilmu, guru harus rajin mengajar dan harus rajin belajar. Guru ketika mengajar niatnya harus untuk mendapat ridho Allah, bukan karena untuk mendapat upah atau gaji. Guru pun ketika belajar baik dengan cara mengikuti pelatihan, atau belajar secara autodidak atau mengikuti kuliah formal di jenjang S2 atau S3, niatnya harus untuk mendapat ridho Allah bukan karena ingin dapat jabatan, naik pangkat, atau penambahan tunjangan. Belajar bagi seorang guru adalah aktivitas yang tidak boleh ditinggalkan karena ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat.

Berikutnya guru juga perlu melakukan aktivitas lain yang masih berhubungan dengan pendidikan, seperti melakukan les tambahan atau les privat dengan tujuan untuk mendapatkan ridho Allah. Oleh karena itu, sangat disarankan les ini dilakukan dengan bayaran seikhlasnya. Selain itu guru juga bisa membuat karya dengan cara membuat buku, membuat alat peraga, dan membuat konten YouTube yang menunjang pembelajaran, serta karya-karya lainnya yang dapat menunjang pembelajaran dan pendidikan. Niatkan semua itu utamanya dalam rangka mendapat ridho Allah, walaupun mungkin nanti ada keuntungan finansial yang didapat.

Jika guru melaksanakan hal-hal di ketiga paragraf di atas, insyaallah guru tersebut akan berderajat tinggi dan termasuk kategori orang yang bertakwa kepada Allah. Hal yang akan didapat bagi manusia yang melakukan hal ini ada pada Q.S. At Talaq: 2-3 “...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya....”.

Guru yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari masalah yang ada, diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan Allah akan cukupkan keperluannya. Menurut saya menjadi guru yang bertakwa adalah solusi yang jitu untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia terutama masalah kesejahteraan. Kesimpulan ini berani saya ungkapkan karena berdasarkan pengalaman saya bertemu guru-guru swasta berbasis agama yang walaupun gaji di sekolahnya kecil tetapi kehidupannya sejahtera. Ternyata mereka memiliki ciri-ciri guru bertakwa. Bagi guru-guru di Indonesia yang merasa belum sejahtera mari jadilah guru yang bertakwa, mari jadikan ridho dari Allah yang Mahakaya menjadi tujuan kita bekerja sebagai guru. Terima kasih.

 

Bogor, 26 September 2022

Bang Read1

Read more...

TNI ADALAH KITA

Tulisan dengan judul “TNI ADALAH KITA” yang pernah saya buat beberapa tahun lalu akhirnya saya tulis kembali dengan pembahasan yang sedikit berbeda. Hal ini saya lakukan setelah menonton video seorang anggota DPR yang membandingkan TNI dengan ormas dan menyebut TNI seperti gerombolan. Hati saya merasa tidak nyaman, sebab saya sebagai orang sipil yang kebetulan banyak bergaul dengan anggota TNI mempunyai pendapat berbeda dengan anggota DPR ini. Entah dari sudut pandang apa sehingga anggota dewan yang terhormat tersebut bisa berpendapat seperti itu. Saya meyakini pendapat itu akan menimbulkan reaksi keras dari anggota TNI dan tentunya elemen masyarakat yang terkait erat dengan TNI.

Ternyata memang terjadi reaksi yang keras dari TNI, baik dari individu anggota TNI, dari beberapa satuan TNI dan dari ormas yang terkait dengan TNI. Akhir dari masalah ini adalah permintaan maaf dari anggota DPR tersebut  kepada Panglima TNI dan KSAD. Setelah permintaan maaf ini sebaiknya tidak ada lagi polemik berikutnya yang membuat suasana menjadi panas kembali. Lebih baik semua kembali bekerja seperti biasa dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan.

Kembali kepada cara pandang saya tentang TNI, kebetulan saya mempunyai lembaga pendidikan di bidang matematika dan IPA. Saya bisa mengenal TNI lebih dekat melalui orang tua murid saya yang merupakan anggota TNI dari mulai pangkat tamtama, bintara, perwira, bahkan sampai perwira tinggi. Interaksi yang terjadi dengan orang tua siswa tersebut akhirnya membuat saya banyak terlibat kegiatan TNI baik secara individu maupun secara lembaga.

Kegiatan yang pernah saya lakukan dengan TNI dimulai sejak tahun 2013 dari mulai mengadakan pelatihan Matematika untuk anggota TNI agar bisa mengajar di wilayah terpencil, membuat Lomba Matematika Piala Dandim, membuat kegiatan belajar mengajar Matematika untuk pelajar dengan menggunakan kelas di markas Kodim dan markas Batalyon, dan mengadakan Program Wisata Matematika Bela Negara. Selain kegiatan tersebut, saya sering diundang secara pribadi untuk memberi Pelatihan Cara Berpikir Suprarasional untuk anggota TNI baik di tingkat Mabes AD sampai dengan Koramil. Terakhir saya melakukan pelatihan wirausaha untuk kaum milenial melalui kerja sama dengan salah satu Koramil di daerah Bogor.

Kegiatan besar yang pernah saya lakukan dengan TNI, khususnya TNI AD adalah program Wisata Matematika Bela Negara. Pada program ini tim saya bersama tim dari Mabes AD, melatih anggota TNI yang merupakan perwakilan Kodim di berbagai Kodam di seluruh Indonesia serta anggota TNI dari satuan Kostrad dan Kopassus. Setelah anggota TNI perwakilan Kodim dilatih maka dilanjutkan dengan mempraktikkan ilmu tersebut dengan mengundang para pelajar di Kodim untuk mengikuti Wisata Matematika Bela Negara. Sebelum pandemi program ini berjalan lancar dan mendapat sambutan positif dari kalangan pelajar karena pendidikan bela negara disajikan dengan cara yang menyenangkan. Sayangnya karena pandemi program ini akhirnya berhenti.

Dua paragraf ini saya tulis untuk menunjukkan bahwa interaksi yang saya lakukan dengan TNI tidak hanya di level Koramil tapi juga di level Mabes AD. Semoga pandangan saya tentang TNI bisa lebih pas. Bagi saya TNI selain melakukan tugas yang bersifat perang, TNI juga melakukan kegiatan yang bersifat non perang. Kebetulan saya banyak berinteraksi dengan TNI di kegiatan non perang. Saya melihat kegiatan non perang yang dilakukan TNI adalah kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat sebagaimana yang pernah saya lakukan dengan TNI di bidang pendidikan dan tentunya yang dilakukan TNI dengan elemen masyarakat lain di bidang yang berbeda.

Hal yang saya lihat ketika melakukan kerja sama dengan TNI adalah banyaknya kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat tetap dilakukan TNI walaupun tidak ada anggarannya. Sehingga banyak anggota TNI yang melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat untuk masyarakat tersebut dengan mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga. Hal itulah yang membuat saya simpati dengan TNI dan anggota masyarakat lainnya yang juga merasakan manfaat atas kehadiran TNI. Mungkin hal itu pula yang menyebabkan ketika TNI hadir dalam suatu demo, maka para pedemo itu mengelu-elukan TNI.

Saya secara pribadi bangga dengan TNI terutama dalam kegiatan non perang tapi tentunya saya secara pribadi juga bangga dengan TNI untuk tugas berperangnya. Supaya TNI bisa melaksanakan tugas perang dengan baik tentunya harus dibekali alat utama sistem senjata yang sesuai dengan perkembangan zaman dan dalam jumlah yang banyak supaya kita bisa berperang dalam waktu yang lama. Selain itu tempat latihan perang harus disiapkan untuk bisa melatih satuan-satuan TNI dari tingkat regu sampai brigade bahkan divisi dengan alutsista terbaru, agar TNI dapat profesional ketika berperang. Supaya TNI bisa fokus berlatih dan profesional dalam peperangan, tentunya kesejahteraan prajurit dan kehidupannya setelah masa pensiun harus menjadi fokus perhatian pemerintah.

Selain masalah yang sampaikan di atas, ada hal lain yang mungkin jarang dibahas oleh banyak orang yaitu masalah kematian. TNI yang tugas utamanya adalah berperang tentunya tugas ini sangat dekat sekali dengan kematian, sebab dalam peperangan bisa saja terjadi bunuh atau membunuh. Bicara tentang kematian, tentunya setiap manusia beragama ingin setelah meninggal dunia nantinya masuk surga. Agar bisa masuk surga, tentunya semasa hidup manusia tersebut harus dekat dengan yang Mahakuasa dan banyak berbuat baik atau saya sebut menjadi manusia bertakwa. Sepertinya mewujudkan anggota TNI menjadi manusia-manusia bertakwa merupakan tugas yang tidak boleh dilupakan karena ini pun sesuai dengan Sapta Marga.

Berbicara masalah ketakwaan saya mengenal banyak anggota TNI yang beragama Islam dan rajin beribadah, selain melaksanakan salat 5 waktu, ada yang rajin puasa Senin Kamis, rajin salat tahajud, rajin mengaji, rajin berzikir, dan ibadah lainnya. Saya melihat anggota TNI yang rajin beribadah, kehidupannya penuh dengan kebaikan dan ini pun berlaku untuk agama lain. Saya pernah bertemu dengan perwira tinggi TNI non muslim yang rajin berpuasa dan beliau menceritakan banyak manfaat yang beliau dapat ketika menjalankan puasa termasuk kariernya sampai perwira tinggi. Semoga masalah ketakwaan ini juga bisa jadi satu hal yang menjadi bahan perhatian, karena jika manusia bertakwa maka Allah akan memberi jalan keluar dari masalah yang ada dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Bisa jadi lewat jalur ketakwaan ini bisa ditemukan solusi untuk masalah alutsista dan kesejahteraan prajurit yang masih ada saat ini.

Tulisan ini saya buat karena saya merasa terusik ketika ada orang yang memberikan kalimat yang kurang pas terhadap TNI. Hal ini karena saya merasa TNI sudah menjadi bagian hidup saya dan sepertinya TNI sudah menjadi bagian hidup rakyat Indonesia. Sehingga wajar jika saya mengatakan kalau TNI adalah kita. Solusi teknis tentang masalah alutsista TNI pernah saya tuliskan di link berikut ini “TNI ADALAH KITA”, STRATEGI MEMPERKUAT ALUTSISTA DAN PERTAHANAN NEGARAMenjelang hari TNI tanggal 5 Oktober, saya ucapkan Dirgahayu TNI, semoga TNI semakin jaya, TNI adalah kita.

 

Bogor, 17 September 2022

Bang Read1

Read more...

UNJUK RASA KENAIKAN BBM VERSI SUPRARASIONAL

Pada Sabtu, 3 September 2022, pemerintah telah mengumumkan akan adanya kenaikan BBM. Pemerintah tentunya punya alasan yang kuat kenapa BBM harus dinaikkan dan tentunya salah satu alasan tersebut yaitu untuk menyelamatkan kepentingan nasional. Di sisi lain, masyarakat yang hidupnya sudah sulit menjadi semakin sulit. Sehingga wajar jika ada aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM. Untungnya pemerintah mengadakan program bantuan langsung tunai yang semoga bisa mengurangi beban hidup masyarakat yang terkena dampak kenaikan BBM.

Saya pribadi berusaha untuk berprasangka baik dengan kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah. Sebab saat ini kita sebagai bangsa, tidak hidup sendiri di dunia ini. Konflik yang terjadi antarnegara saat ini, tentunya akan berimbas pada negara-negara yang tidak terlibat konflik secara langsung, baik dampak secara sosial maupun ekonomi. Tentunya pemerintah harus melakukan berbagai antisipasi agar dampak yang lebih buruk tidak terjadi kepada Indonesia. Saya menganggap kenaikan BBM adalah upaya pemerintah untuk menyelamatkan  Indonesia dari dampak buruk akibat konflik yang terjadi di dunia saat ini, khususnya perang antara Rusia dan Ukraina.

Kembali pada masalah unjuk rasa, saya melihat unjuk rasa saat ini sulit untuk bisa kembali menurunkan harga BBM yang sudah diputuskan. Sebab masalah yang terjadi bukan karena pengaruh dalam negeri tetapi juga karena pengaruh kondisi global. Saya pribadi menghormati orang-orang yang berunjuk rasa dengan cara turun ke jalan dalam rangka membela rakyat kecil. Semoga unjuk rasa yang terjadi tidak bersifat anarkis yang menyebabkan rusaknya aset-aset milik negara dan merugikan para pengunjuk rasa itu sendiri.

Menyikapi kenaikan BBM ini, saya mempunyai cara unjuk rasa yang berbeda dengan yang saat ini turun ke jalan. Unjuk rasa yang dilakukan saat ini banyak yang mendekati lokasi pusat pemerintahan baik di istana negara atau gedung DPR, kalau di daerah maka yang didekati adalah kantor gubernur dan wali kota/bupati dan kantor DPRD. Intinya unjuk rasa dilakukan dengan mendekati penguasa agar para penguasa mendengar aspirasi para pengunjuk rasa. Namun sayangnya, hasil yang didapat banyak yang tidak sesuai harapan.

Berbeda dengan pengunjuk rasa lain, unjuk rasa yang saya lakukan adalah bukan dengan cara mendekati para penguasa tetapi mendekati Yang Mahakuasa. Sebagai umat Islam, saya melakukan pendekatan kepada Yang Mahakuasa menggunakan tata cara agama Islam yaitu dengan cara memperbanyak mengingat Allah melalui bacaan kalimat tauhid (La Ilaha Illallah), istigfar, dan berselawat. Agar terasa semakin dekat dengan Allah, saya pun berusaha melakukan banyak ibadah puasa sunah, membaca Al-Qur’an, merutinkan salat berjamaah, salat duha, dan salat tahajud. Bagi agama lain dipersilakan melakukan pendekatan menurut cara dan aturan agama masing-masing.

Ketika kita sudah mulai merasakan dekat dengan Allah melalui proses ibadah-ibadah tersebut barulah kita keluarkan aspirasi kita. Aspirasi tersebut dibungkus dalam bentuk doa. Tentunya doa yang kita panjatkan bukan hanya minta solusi dari masalah kenaikan BBM yang sedang kita hadapi tetapi juga masalah-masalah lain yang ada dalam kehidupan kita. Insyaallah dengan berdoa kepada Allah berbagai masalah kita akan diselesaikan oleh Allah.

Itulah unjuk rasa yang saya lakukan dalam menghadapi masalah kenaikan BBM. Sebenarnya bukan hanya kenaikan BBM tetapi masalah-masalah lainnya yang terjadi dalam kehidupan kita. Alhamdulillah setelah melakukan unjuk rasa seperti itu dan dilakukan secara terus menerus, masalah yang kita hadapi Allah selesaikan dengan cara yang kadang tidak pernah kita pikirkan. Bagi yang setuju dengan cara unjuk rasa ini, saya persilakan untuk mengikutinya sesuai dengan kemampuan.

Idealnya unjuk rasa turun ke jalan tanpa kegiatan anarkis dilakukan dan unjuk rasa seperti yang saya lakukan pun dilakukan, tetapi jika melihat dari situasi sekarang ini, sepertinya saat ini harga BBM sulit untuk kembali turun. Oleh karena itu unjuk rasa melalui pendekatan diri kepada Allah harus lebih diutamakan, sehingga jika harga BBM tetap naik tapi hidup kita tetap sejahtera karena Allah memberikan rezeki baru kepada kita melalui jalan yang tidak disangka-sangka. Sebenarnya hal ini sudah saya praktikkan pada saat berkali-kali harga BBM naik dan hasilnya sesuai dengan harapan.

Kebanyakan manusia saat ini ketika menghadapi masalah atau kesulitan, maka yang dipikirkan pertama kali adalah mencari bantuan atau berkeluh kesah kepada manusia lain. Padahal manusia yang dimintai bantuan atau tempatnya berkeluh belum tentu mau dan mampu membantu masalah atau kesulitan yang dihadapinya. Sebaiknya jika kita menghadapi masalah atau kesulitan maka kita langsung melakukan pendekatan kepada Allah, agar Allah segera memberikan petunjuk dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Bisa jadi kita akan bertemu manusia yang sudah Allah pilih yang mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Pendekatan masalah dengan berunjuk rasa kepada Allah membuat hidup tenang dan negara aman. Jika setuju marilah kita laksanakan bersama, karena jika banyak rakyat Indonesia yang melakukan unjuk rasa seperti yang saya tuliskan di atas, insyaallah banyak masalah negara yang akan selesai.

Bogor, 12 September 2022

Bang Read1

Read more...

FAREL PRAYOGA DAN KEPEMIMPINAN NASIONAL

Sebelum tanggal 17 Agustus 2022, saya tidak mengenal siapa Farel Prayoga. Setelah melihat anak sekolah dasar itu bernyanyi di depan Presiden Jokowi di Istana Negara pada saat upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah saya tertarik untuk mencari informasi lebih detail tentang penyanyi cilik tersebut. Namanya Farel Prayoga, anak kelas 6 SD dari Banyuwangi yang menyanyikan lagu “Ojo Dibandingke” ciptaan Abah Lala. Sejak kecil, Farel suka menyanyi dan sering mengamen bersama ayahnya sepulang sekolah.

Proses sering mengamen itulah yang membuat Farel bisa menjadi seorang penyanyi yang terlatih. Kemudian saya  mencoba melihat video-videonya di YouTube, ternyata Farel Prayoga juga sudah terbiasa nyanyi dari panggung ke panggung di daerah Banyuwangi. Kegiatan itu pun membuat Farel sudah tidak demam panggung lagi ketika bernyanyi di mana pun.

Setelah manggung di Istana, nama Farel Prayoga semakin dikenal masyarakat Indonesia. Sehingga beberapa menteri mengundang Farel dan memberikan penghargaan serta menjanjikan beasiswa untuk Farel. Undangan menyanyi pun mulai datang dari mana-mana baik dari Banyuwangi maupun di luar Banyuwangi. Kesibukan Farel menerima undangan menyanyi tidak mengendurkan semangat Farel belajar, sehingga Farel pun harus naik jet pribadi milik sang pengundang agar tidak tertinggal sekolah setelah manggung di suatu daerah di Kalimantan.

Viralnya Farel tentunya membuat ekonomi keluarga Farel menjadi lebih baik. Semoga Farel bisa tetap mengutamakan sekolahnya dan masih bisa memberi manfaat untuk keluarga dan masyarakat di sekitarnya melalui potensi yang dimilikinya. Kisah seperti Farel Prayoga ini sebenarnya sudah beberapa kali terjadi di Indonesia. Di mana seseorang tiba-tiba viral atau terkenal di seluruh Indonesia. Setelah viral, tiba-tiba rezeki melimpah karena banyak orang yang simpatik. Hanya setelah itu ada yang tetap bertahan di posisinya setelah viral dan ada pula yang turun kembali ke posisinya semula sebelum viral.

Hikmah yang sangat penting dari kisah viralnya Farel dan orang-orang yang viral sebelumnya adalah kita harus menghargai semua orang. Sebab kita tidak tahu nasib seseorang di masa depan. Orang yang kita anggap biasa saja, bisa jadi tiba-tiba terkenal dan menjadi orang berpengaruh dan dihormati.

Saya mencoba menghubungkan kisah viralnya Farel Prayoga dengan kepemimpinan nasional. Hal ini kebetulan ada hubungan dengan salah satu sub bab di buku saya yang berjudul “Manusia Suprarasional” yang bisa dilihat di link read1group.org/JS (saya persilahkan pembaca untuk download buku tersebut). Saat ini partai-partai politik sedang sibuk mencari pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung di Pilpres 2024.

Sampai saat ini belum ada pasangan calon presiden dan wakil presiden yang dirasa pas, sebab jika dihubungkan dengan elektabilitas, ada beberapa sosok yang elektabilitasnya tinggi tetapi partai politik enggan mencalonkannya menjadi capres atau cawapres. Ada sosok-sosok yang akan dicalonkan oleh partai-partai politik, tetapi elektabilitasnya masih rendah. Pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pilpres tahun 2024 sampai saat ini masih misteri.

Jika belajar dari sejarah kepemimpinan nasional di Indonesia, kadang terjadi hal-hal yang tak terduga yang menghasilkan sosok yang tak terduga. Seperti halnya peristiwa G30S PKI 1965, yang membuat nama Mayjen Soeharto, sebagai Panglima Kostrad saat itu menjadi populer dan akhirnya beliau menjadi Presiden kedua Republik Indonesia. Reformasi yang terjadi setelah lengsernya Presiden Soeharto, memunculkan sosok alternatif KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk membuat kondisi bangsa tidak terpecah.

Sosok alternatif itu akhirnya menjadi Presiden kelima Republik Indonesia. Kedua sosok tersebut, menurut saya bisa jadi presiden karena ada kejadian besar berskala nasional yang tidak terduga sebelumnya. Walaupun tentunya saya meyakini kalau kedua sosok tersebut pastilah sudah mengetahui kalau akan menjadi presiden, karena keduanya bukan sosok sembarangan.

Membaca situasi Indonesia ke depan (saya tidak ingin menjelaskan secara detail), bisa saja sejarah kembali berulang. Sehingga ada suatu peristiwa besar berskala nasional yang memunculkan tokoh yang awalnya tidak diperhitungkan, menjadi sosok yang viral dan berpengaruh serta  mempunyai elektabilitas sangat tinggi untuk menjadi presiden. Elektabilitas yang sangat tinggi membuat partai-partai politik tertarik untuk mendukung sosok tersebut. Akhirnya sosok yang tiba-tiba muncul itulah yang menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya dan insyaallah akan membawa perubahan bagi Indonesia.

Sosok ini bisa saja sebelumnya ada di dalam atau di luar lingkaran kekuasaan saat ini. Mungkin analisa di paragraf ini sepertinya mimpi, tetapi di Indonesia tidak ada yang tidak mungkin. Seperti halnya Farel Prayoga yang tiba-tiba terkenal dan bisa mendapatkan banyak hal yang mungkin sampai saat ini hanya bisa diimpikan banyak orang. Poin pentingnya adalah marilah kita menghargai semua orang, karena kita tidak tahu di masa depan orang tersebut akan menjadi apa. Bisa jadi sosok yang saya tuliskan itu memang benar adanya, bisa jadi ini adalah sebuah impian dari manusia yang ingin adanya perubahan.

 

Bogor, 5 September 2022

Bang Read1

 

Read more...